Carbon Digital Conference (CDC) 2025 Langkah Awal Rekind Merancang Bangun Fasilitas CCS/CCUS untuk Mendorong Dekarbonisasi Industri Indonesia

PT Rekayasa Industri (Rekind) mulai menapaki langkah strategis bisnis berkelanjutannya dengan memfasilitasi industri beremisi tinggi di Indonesia melalui pengembangan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) / Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) serta. Upaya ini menjadi salah satu bagian dari transformasi Rekind dalam mendukung program nasional menuju industri rendah karbon.

Komitmen tersebut semakin kuat berkat pengalaman Rekind sebagai perusahaan EPC Industrial Process milik negara yang telah berkiprah lebih dari empat dekade. Selama perjalanan itu, Rekind telah membangun berbagai fasilitas industri di sektor pupuk, energi, gas, dan petrokimia sebagai kompetensi yang menjadi modal utama dalam mengambil peran di teknologi CCS/CCUS.

Keseriusan Rekind mulai tampak jelas ketika Direktur Utama Rekind Triyani Utaminingsih, hadir sebagai pembicara di ajang Carbon Digital Conference (CDC) 2025, yang diselengarakan oleh Indonesia Carbon Trade Association (IDCTA) dan digelar di Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 8–9 Desember 2025.

Dalam forum tersebut, wanita yang akrab disapa  Yani itu menegaskan, berbekal pengalaman tersebut Rekind punya posisi strategis dalam menyiapkan infrastruktur CCS/CCUS bagi industri nasional.

“Saat ini kami tengah mempersiapkan secara serius seluruh engineer terbaik Rekind bersama anak perusahaannya untuk mendukung pengembangan fasilitas CCS/CCUS. Peningkatan kapasitas dan pemahaman yang komprehensif tentang konsep, teknologi, regulasi hingga keekonomian CCS/CCUS merupakan prioritas bagi kami. Sebagai perusahaan EPC yang selalu mengedepankan inovasi dan teknologi tinggi, hal ini sudah menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditawar lagi,” tegas Yani meyakinkan.

Sebagai bentuk dukungan serta sinergi akademik dan riset, ITB menyediakan ruang bagi Rekind di Center of Excellence (CoE) on CCS and CCUS ITB, untuk memperdalam kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) terkait teknologi tersebut. Kolaborasi ini memperkuat kesiapan Rekind untuk menjadi pemeran penting pada rantai nilai dekarbonisasi di Indonesia.

Dilanjutkan Yani, langkah persiapan Rekind sejalan dengan dinamika regulasi global. Mulai tahun 2026, Uni Eropa akan memberlakukan penuh Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) terhadap berbagai produk beremisi tinggi seperti semen, baja, pupuk, olefin, dan petrokimia. Penerapan kebijakan ini akan membebankan biaya karbon tambahan pada negara eksportir.

Konsekuensinya, pelaku industri di Indonesia harus mampu mengukur, mengelola, dan mengurangi emisi karbon agar tetap kompetitif di pasar global. “Inilah momentum bagi Rekind sebagai perusahaan EPC Industrial Process milik negara yang telah berkiprah 44 tahun. Dengan pengalaman dan kompetensi yang kami miliki, Rekind siap mengambil peran dalam pengembangan fasilitas CCS/CCUS untuk industri nasional,” tambahnya.

Keyakinan Rekind bukan tanpa dasar. Perusahaan ini memiliki rekam jejak kuat dalam proyek-proyek penangkapan karbon, di antaranya proyek CO₂ Removal Plant di Subang, CO₂ Removal di Sabah Ammonia Urea (SAMUR) Project, CO₂ Removal Pusri 2B Project, CO2 Removal Banggai Ammonia Project, dan Jambaran Tiung Biru Project.

Dengan fondasi pengalaman tersebut, Rekind kini semakin mantap menyiapkan diri memasuki era baru industri energi bersih melalui pembangunan fasilitas CCS/CCUS. Langkah ini sekaligus menegaskan komitmen perusahaan untuk hadir sebagai mitra strategis dalam memperkuat ketahanan dan daya saing industri Indonesia di tengah tuntutan global akan pengurangan emisi karbon.