PT Rekayasa Industri (Rekind) Melalui anak usahanya, PT Rekayasa Engineering (RE), resmi menandatangani Notification of Award (NOA) proyek EPC Geothermal Power Plant Dieng Unit 2 dalam skema Joint Operation (JO) bersama PT Timas Suplindo (Timas).
Prosesi penandatanganan berlangsung pada pembukaan ajang bergengsi The 11th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2025 di Jakarta International Convention Center (JCC), 17-19 September 2025.
NOA, ditandatangani oleh Direktur Utama RE Donal Silitonga dan Direktur Utama Timas Suplindo Sulianto Entong, disaksikan langsung oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Ladadalia, Direktur Utama Rekind Triyani Utaminingsih, Direktur Operasi & Teknologi/Pengembangan Rekind Yusairi, serta sejumlah pejabat penting lainnya.
Dengan penandataganan itu, RE yang tergabung dalam Tim JO punya hak penuh untuk melaksanakan pekerjaan EPC PLTP Dieng 2 yang cukup menantang dan strategis.
Direktur Utama Rekind, Triyani Utaminingsih menegaskan Rekind akan mendukung penuh anak usahanya yang dipercaya mengawal proyek tersebut. “Kami hadir Melalui fungsi Project Management Team (PMT) sekaligus sebagai exclusive engineering services. Kehadiran Rekind bukan hanya simbol, melainkan bentuk nyata komitmen kami untuk memastikan proyek ini berjalan sesuai target dan standar kualitas terbaik,” ujarnya.
Sebagai teknologi pendukung, tim JO akan menggandeng Fuji Electric Co., Ltd., perusahaan global asal Jepang yang berpengalaman dalam penyediaan teknologi ramah lingkungan untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Menurut Direktur Utama RE Donal Silitonga, proyek Dieng 2 bukan sekadar memiliki tantangan teknik, melainkan juga sosial. Lokasinya yang berada di Kawasan wisata menjadikan proses pembangunan harus dijalankan dengan perencanaan matang. “Power plant berada di area terisolasi, relatif mudah dipantau. Tetapi pipa sepanjang 9-10 kilometer melintasi jalur wisata dan Kawasan padat aktivitas masyarakat. Di sinilah tantangan sosial paling besar. Masyarakat, wisatawan, hingga pelaku usaha lokal harus tetap merasa nayaman meskipun ada proyek besar di sekitar mereka,” jelas Donal Silitonga.
Secara teknis, Dieng 2 yang memiliki kapasitas 55 MW itu, punya jalur logistik yang cukup terbatas. Jalan sempat, aktivitas wisata yang memuncak saat akhir pekan, hingga potensi hambatan distribusi material menuntuk strategi antisipasi sejak awal. “Solusinya hanya satu, well planning. Semua harus direncanakan secara detail, sehingga tantangan logistik maupun sosial dapat diatasi tanpa mengurangi target penyelesaian,” tambahnya.
Proyek ini akan mengandalkan teknologi lebih modern dibandingkan Dieng Unit 1 yang masih memakai sistem lama. Salah satunya adalah penerapan teknologi khusus untuk mencegah penumpukan silica di jalur pipa, mengingat kandungan silica pada suamur uap di wilaya Dieng dikenal sangat tinggi. “Dengan teknologi ini, keandalan aliran fluida panas bumi ke plant akan lebih terjamin. Kami ingin Dieng 2 tidak hanya menjadi pembangkit yang berpotensi optimal, tetapi juga simbol inovasi geothermal Indonesia di mata dunia,” ungkap Donal Silitonga.